Sabtu, 08 Desember 2012

Tayangan Televisi yang mendidik


Oleh Yudha Irawan



           
            Seperti apakah tayangan televisi yang mendidik? Apakah tayangan televisi di Indonesia saat ini sudah benar-benar mendidik para pemirsanya?
            Televisi merupakan media sosialisasi atau agen sosialisasi bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari fungsi televisi yang memberikan tayangan yang beragam. Mulai dari tayangan hiburan, religi, informasi terkini (berita) dan masih banyak lagi.
            Tidak semua tayangan televisi berdampak positif bagi pemirsanya. Misalnya saja tayangan sinetron yang mengumbar konflik yang kental akan kekerasan, serta gaya hidup yang sangat mewah ditonjolkan oleh para pemain-pemainnya lewat sinetron tersebut. Bayangkan saja, masa anak sma naik sekolah sudah pakai mobil sport? Seragam sekolahnya glamor banget lagi? Bukankah itu akan menimbulkan kecemburuan sosial di kalangan siswa?
            Anak-anak zaman sekarang menganggap televisi sebagai teman akrabnya. Anak betah sekali nongkrong berjam-jam di depan layar televisi melihat acara kesayangannya. Dalam Undang-undang penyiaran, anak-anak dimasukkan dalam khalayak khusus, karena mereka adalah penonton yang pasif dan tidak kritis. Berdasar pada itu, setiap program anak seharusnya dibuat dengan sangat serius.
            Selain memberikan pengaruh negatif, seharusnya televisi juga memberikan pengaruh positif. Harapan saya televisi lebih selektif memilih program atau tayangan anak-anak. Jangan tayangkan kartun yang mengandung kekerasan.

Televisi yang Mendidik
Harapan kita saat ini ada tayangan televisi mampu memberikan informasi, mendidik, sekaligus menghibur. Asalkan setiap program yang ditampilkan disiapkan atau dipilih dengan hati-hati, serius, melibatkan ahli, dan dibuat dalam sudut pandang kepentingan anak, mungkin harapan kita akan terwujud.
Mari kita lihat beberapa acara anak produk import semacam Dora The Explorer,Little Einsteins, dan Booggie Beebies. Ketiga tayangan tersebut tidak hanya membuat anak-anak terpaku memandang televisi dengan rangkaian kisah dan deretan lagu, tetapi juga mengajak anak-anak berinteraksi. Dora kerap bertanya kepada anak-anak, “Dapatkah kamu membantu menemukan peta?”. Leo dalam Little Einsteins selalu bertanya, “Maukah kau membantu kami. Tepuk pahamu lebih keras agar Rocket bisa terbang.” Belajar berhitung? Ayo simak Mickey Mouse Clubhouse, di sana Mickey kerap mengajak anak-anak menghitung dan belajar penjumlahan sederhana. 
Program lokal Indonesia sudah cukup menguasai ranah tayangan televisi yang memuat sisi edukasi. Ingin tahu kehidupan ikan dan hewan-hewan air, Dunia Air di Trans7 menawarkan semi-dokumenter yang menawan. Selain itu, ada juga Dunia Hewan yang konsepnya kurang lebih sama. Ingin tahu beragam bahan makanan dan cara pengolahannya?, Koki Cilik bisa jadi salah satu alternatif tontonan. Bahkan belajar sesuatu yang serius pun bisa sangat menyenangkan di acara-acara tersebut.

Proporsi menonton televisi
Menonton televisi adalah kegiatan yang sangat menyenangkan apabila dilakukan di waktu senggang. Kita biasanya menonton televisi seusai kita melakukan aktifitas yang melelahkan. Duduk nyaman di sofa, makan camilan, kemudian sambil menonton televisi. Itulah keseharian kebanyakan orang.
Dewasa ini, perkembangan program televisi yang bersahabat maju dengan pesat. Akan tetapi menonton televisi secara terus menerus selama 24 jam itu tidak baik untuk perkembangan anak. Sepeti halnya makanan yang sehat dan bergizi, memang makanan itu aman di konsumsi pada saat kapanpun. Namun apabila terlalu sering memakannya, dampaknya juga akan buruk. Sama halnya seperti menonton televisi. Sesuatu yang berlebihan pastinya akan menjadi buruk.
Dua jam adalah waktu yang sangat proporsional untuk menonton televisi atau melakukan kegiatan bermedia lainnya seperti main video game dan membca komik, selebihnya masih banyak hal yang bisa dilakukan anak-anak untuk mengisi harinya, seperti belajar, menari, bermain dengan hewan peliharaan di halaman, main petak umpet dengan teman-temannya, sekedar bersenda gurau dengan orang tua, atau beristirahat.

Solusi
Televisi memang tidak bisa lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Tanpa televisi, kehidupan kita bak sayur tanpa garam, rasanya hambar. Dengan kita melihat telivisi, kita dapat mengetahui apa yang terjadi di sekitar kita lewat tayangan berita. Dengan melihat televisi kita juga dapat tertawa terbahak-bahak karena melihat tayangan komedi. Tak dapat kita pungkiri bahwa televisi bermanfaat banyak bagi kita.
Harapan saya pertelevisian Nasional kedepannya akan jauh lebih maju. Maju disini dalam artian bahwa stasiun-stasiun televisi Indonesia kedepannya mampu membuat program-program yang berkualitas dilihat dari sisi edukasinya, hiburannya, serta pesan moralnya. Apik dan berkualitasnya tayangan diharapkan akan dapat mendidik para pemirsanya, terutama kalangan anak-anak.

0 komentar:

Posting Komentar